"Iya aku lihat dengan mata kepalaku sendiri! Bayangan hitam!" teriaknya lantang.
"Sadar Zora! kamu mengkhayal!" tegas kak Seva.
Sejak
kejadian kemarin, kali pertama Zora melewati rumah pak Tono. Setelah ia
melawan rasa takutnya yang selalu mengikutinya kemana pun ia pergi.
Suara tertawa seorang kakek-kakek selalu ia dengar.
Pak
Tono adalah seorang kakek tua, kakek tua yang memiliki penyakit saiko.
Sebelum istri dan kedua anakanya meninggal, pak Tono seorang penyair
hebat dan dikenal banyak orang. Hidupnya selalu bahagia, memiliki tanah
dan restoran yang cukup terkenal. Tetapi semenjak insiden 4Maret 2
tahun silang, hidup pak Tono menjadi semrawut. Pekerjaan menjadi
penyair ia tinggalkan, restorannya bangkrut, bahkan tanah-tanahnya
sudah habis terjual. Istri dan kedua anaknya meninggal akibat dibunuh
oleh komplotan perampok yang menyusup kerumahnya saat tengah malam,
kebetulan saat itu pak Tono sedang keluar kota. Hal itu yang
menyebabkan pak Tono saiko.
Dulu,
pak Tono sangat dekat dengan keluarga Zora. Rumah pak Tono dan Zora
lumayan dekat, hanya dibatasi dengan 3rumah disamping kiri dari rumah
Zora. Pak Tono tahu betul segala sesuatu tentang Zora, karena sejak
umur 4 tahun keluarga pak Tono dan Zora sudah saling kenal. Bahkan
dulu, Zora sering menginap dirumah pak Tono.
2
tahun lalu, keluarga Zora sangat kaget saat mendengar kabar bahwa istri
dan kedua anak pak Tono telah meninggal terbunuh. Apalagi orangtua Zora
yang pada saat itu sedang berada diluar negeri, mereka pun langsung
pulang ke Indonesia saat mendengar kabar itu.
Penyakit saiko yang dimiliki pak Tono membuat Zora sangat ketakutan, apalagi Zora pernah
memergoki pak Tono yang sedang menyayat-nyayat badan kucing yang ia
ikat di bangku kecil yang sudah lapuk. Seketika Zora berteriak dan
menangis, ia menceritakannya pada kak Seva. Penyakit saiko yang
dimiliki pak Tono itu membuat keluarga Zora dan tetangga lain sangat
terganggu dan ketakutan.
Malam
ini semenjak kejadian tadi siang saat Zora melihat bayangan hitam di
dalam rumah pak Tono yang terlihat jelas dari jendela luar rumah pak
Tono itu, Zora merasa sangat ketakutan. Sekujur tubuhnya merinding.
Apalagi malam itu hujan disertai petir. Setiap malam Zora sering
mendengar suara tertawa seorang kakek-kakek dan suara langkah kaki yang
sangat keras. Hal itu membuat Zora sangat takut, mengingat semua bunyi
itu muncul semenjak istri dan kedua anak pak Tono yang meninggal. Dan
juga semenjak pak Tono menjadai saiko.
"Ya
Tuhan... lindungi Zora....!" rintih Zora sembari menutup kedua
telinganya. Suara tertawa seorang kakek-kakek itu ia dengar kembali.
Zora
hanya tinggal ber3 dirumahnya yang lumayan besar itu, kak Seva, Zora,
dan Asri pembantunya. Rumah Zora menjadi lebih seram semenjak orangtua
Zora kerja di luar negeri.
Tok...tok..tok
Terdengar
suara ketukan pintu dari luar pintu kamar Zora. Ia pun langsung menarik
selimut bergambar Barbie-nya itu menutupi sekujur tubuhnya sambil
memeluk erat boneka Micky Mouse-nya. Bunyi ketukan itu terdengar berulang-ulang.
"Buka Zora!" teriak kak Seva keras.
Zora pun membuka selimutnya itu, ia takut salah dengar. Ia pun memastikan bahwa itu benar-benar suara kak Seva atau bukan.
"Siapa???!" teriaknya ketakutan.
"Ini kakak Zora! Buka cepetan!"
Zora pun berlari kecil kearah pintu kamarnya sambil tetap memeluk bonekanya.
"Kamu
ini gak denger apa pintu dari tadi di ketuk-ketuk?" ujar kak Seva
sembari menyimpan susu putih yang ia bawakan untuk Zora dan
menyimpannya di meja dekat kasur Zora.
"Ya maaf kak, aku pikir itu bukan kakak... abis aku takut."
"Takut
apasih? kamu tuh menghayal aja! udah cepet minum susunya, terus tidur!"
ujar kak Seva sembil berjalan menuju pintu kamar Zora dan keluar.
Zora
pun meminum susu yang kak Seva antar tadi, dengan cepat langsung
kembali kedalam selimut bergambar Barbie yang sudah menunggunya.
Esoknya
Dengan
pakaian seragam SMA-nya yang sudah rapi, rambut panjang berkepang dua
dan tas pink bergambar Barbie yang ia pakai pagi itu, Zora langsung
duduk di kursi meja makannya. Ia pun mengambil selembar roti dan
mengoleskan selai coklat pada rotinya itu. Lagi lagi dan lagi, pagi itu
Zora hanya sarapan sendiri, hanya di temani dengan televisi yang selalu
menyala. Di depannya terdapat secarik kertas yang bertuliskan:
Zora hari ini kakak pulang malam, kamu langsung pulang yah jangan main dulu. Kalau mau makan tinggal ambil di kulkas, hari ini Asri sedang pulang kampung. Ibunya sakit.
"Aahhhh!Damn!" gerutu Zora kesal. "kenapa harus pake ada acara pulang kampung segala sih si Asri!"
Jam
sudah menunjukan pukul 06.15, Zora pun segera pergi sekolah. Ia
mengunci pintu rumahnya dan berdiri di depan gerbang sambil menunggu
taksi langganannya yang selalu menunggu di pertigaan jalan dekat
rumahnya.
Sesampainya di sekolah, Zora langsung berlari kecil mencari teman se-gank-nya untuk mengajak ke Mall pulang sekolah nanti.
"Asti, pokonya pulang sekolah kita harus main!" ujar Zora dengan nada memaksa. "kasih tau yang lain pokoknya!"
Asti hanya mengangguk. Raut wajah Asti yang benar-benar heran pada sikap Zora hari ini.
Bel
istirahat berbunyi. Zora langsung mengambil hp-nya dari saku bajunya,
ia menanyakan pada kak Seva benarkah kak Seva akan pulang malam atau
tidak.
Kak sekarang beneran pulang malem? Jam berapa?
Zora
berharap bahwa kak Seva hanya bercanda akan hal itu, meningat kak Seva
sering sekali bercanda. Hp Zora pun bergetar, menandakan ada balasan
sms.
Bener Zora, emang kenapa? kira-kira jam 10-an kaka baru keluar kantor. Udah yah jangan sms lagi, lagi rapat.
Balasan sms kak Seva membuat Zora sangat jengkel. Pikiran-pikiran aneh sudah mengerubuti otak Zora. "Stop!!!!"
Kesibukan
kak Seva sangat-sangat membuat Zora sering di tinggal pulang malam. Ia
bekerja di salah satu kantor pemasaran prodak makanan yang sangat
terkenal. Hal itu yang membuat kak Seva sangat sibuk.
Zora
menuggu gank-nya di depan gerbang. Beberapa saat kemudian, Asti datang
sambil berlari kecil. "Zor, Shan sama Hasqa gabisa ikut" ujarnya sambil
terengah-engah.
"Terus gimana dong?gue takut dirumah sendiri! Kak Seva pulang malem" ujarnya emosi.
"Yaudah gue temenin, gampang kan? gausah emosi dulu deh"
Akhirnya mereka pun menaiki taksi langganan Zora menuju salah satu Mall yang berada lumayan dekat dari sekolah Zora.
Kebiasan
Zora, ia selalu menghabisan uang mingguannya untuk berbelanja sesuatu
yang tidak terlalu penting. Begitu pula dengan temannya Asti.
Tepat
pukul 18:00, Asti dan Zora keluar dari Mall itu. Supir taksi yang tetap
setia menunggu Zora di depan Mall sambil menghisap rokoknya.
"Ayo pak. Pulang" ujar Zora.
Zora
pulang menyusuri jalan yang ramai lancar. CD album penyanyi terkenal
'Katy Perry' yang selalu ia bawa kemana-mana membuat taksi itu seperti
disko berjalan. Volumenya sangat keras.
Arrived home
Zora mngeluarkan uang 200ribu dari dompet pinknya dan memberikan pada tukang taksi itu. "Besok seperti biasa yah pak" ujar Zora.
Zora
membuka pintu dan segera berjalan masuk ke dalam, Asti mengikuti dari
belakang. Mereka beristirahat sebentar setelah seharian berbelanja.
Zora berjalan menuju kulkas untuk mengambil Jus Apel lalu menuangkannya di 2 gelas. Ia memberikan satu lagi pada Asti.
"Nih As. lo gaakan dimarahin udah malem gini?" tanya Zora
"Engga, gue udah bilang mau nemenin lo"
"Yaudah lo sekalian nginep sini aja, gimana?" ujar Zora memberikan tawaran.
"Boleh, gue sms kaka dulu ye suruh bawain baju sama buku pelajaran" jawabnya.
Tepat
pukul 22:00. Mereka sudah merebahkan tubuhnya ke kasur. Malam itu hujan
disertai petir lagi. Tetapi.. Zora tidak mendengar suara-suara aneh
lagi. Ini hal yang ajaib, Zora sangat mensyukuri itu.
Sudah beberapa minggu ini, tidur Zora sangat nyenyak. Ia tidak lagi takut mendengar suara-suara aneh, melewati rumah pak Tono, dan pak Tono itu.
Tanda tanya besar.
Kenapa?
ada apa?. Pertanyaan itu yang selalu terlintas di otak Zora. Zora pun
menanyakan hal itu pada kak Seva. Tetapi jawabannya nihil. Kak Seva
malah mengolok-olok Zora. Makin hari rasa penasaran itu semakin
bertambah. Zora pun berlari kecil, menuruni tangga di rumahnya dan
membuka pintu utama rumahnya menuju rumah pak Ali, RT komplek rumah
Zora.
"Pak Ali, pak Tono masih ada kan dirumahnya??" tanyanya sambil terengah-engah.
"Lho kok Zora gatau sih, Pak Tono kan sudah meninggal setahun yang lalu" jelas pak Ali.
"HAH?!" teriak Zora tak percaya.
"Iya
Zora, pak Tono di temukan meninggal tanggal 4Maret setahun yang lalu.
Tak ada bekas luka atau apapun di tubuhnya. Dia pun masih menggunakan
baju hitamnya yang jarang di ganti itu. Mungkin karena faktor umur."
jelas pak Ali. "mungkin kak Seva tidak memberitahu akan hal ini karena
ia takut kamu ketakutan."
Zora
hanya duduk termenung tak percaya akan perkataan pak Ali yang baru saja
ia dengar di telinganya. Otaknya menerawang jauh, memikirkan dan
mengingat kembali akan semuanya yang ia alami. Ia pun membuka lagi
memori-memori di dalam otaknya untuk memastikan..
Ternyata semuanya sama pesis. Dan ternyata itu benar.
Lalu bayangan hitam itu siapa? suara tertawa kakek-kakek itu siapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar