5hari
yang lalu, setelah kejadian yang sangat membuatku sangat sedih, Adra
meninggalkanku. Ia lebih memilih untuk menjauhi dan meninggalkanku,
karena suatu hal yang sangat membuatku tak habis pikir. Aku hanya
seorang perempuan biasa yang childish, berbeda jauh dengannya. Adra
adalah seorang yang sangat dewasa, umurku dengannya berbeda 2tahun.
Sebelumnya, hubunganku dengannya berjalan normal, ia bisa memaklumi
sikapku yang childish dan masih sangat manja. Tetapi, belakangan ini ia
sangat berubah. Aku tahu, setiap hubungan pasti memiliki kendala,
apapun itu. Tak selalu mulus jalan yang dilalaui, selalu ada tanjakan
atau turunan yang membuat setiap pasangan harus lebih sabar dan
mengerti satu sama lain.
Sebelumnya,
hubunganku dengan Adra sudah berjalan 3tahun. Dulu, dia adalah kakak
kelasku di Smp. Awal mula aku berkenalan denganya adalah saat Smp.
Sejak Smp, sifat dewasanya sudah terlihat.
Dengan
penuh keberanian, ia memanggilku dan meminta nomor Hpku. Padahal, saat
itu mungkin dia benar-benar tak mengetahui namaku.
"Hey kamu, boleh minta nomor Hpnya gak?"
Tanpa
berfikir panjang, aku langsung memberi nomor Hpku. Sejak awal masuk Smp
aku pun sudah menyukainya. Ia sangat terlihat jauh berbeda dengan
lelaki lain.
"Oke, terimakasih ya Riq"
Adri
hanya berkata terimakasih, lalu dengan cepat meninggalkanku yang saat
itu tengah mersakan euforia. Dan, ternyata Adri mengetahui namaku, tak
seperti yang aku bayangkan. Ini bukan masalah apa-apa, bukan masalah ia
mengetahui namaku atau bukan. Tetapi, secara tidak langsung mungkin
ia telah mencari tahu siapa aku, padahal pada hari itu aku menggunakan
seragam batik. Mungkin ia menanyakan kepada teman sekelasku atau kakak
kelas. Tetapi, aku tak memikirkan itu.
Euforia
yang aku rasakan sangat membuatku salah tingkah, apalagi saat aku
bertemu dengan Adri sewaktu pulang sekolah setelah kejadian sebelumnya.
'Ini Riquin ya?'
Hpku
pun berdering, ada sms. Pada saat itu, aku sudah mengetahui jelas kalau
yang mengsms-ku saat itu pasti Adra. Aku pun membalas smsnya, dan lama-
kelamaan akhirnya kami pun saling sharing.
Seiring
berjalannya waktu, aku dan Adra saling mengetahui sifat masing-masing.
Adra mengetahui sikapku yang ke kanak-kanakan, sikapku yang manja,
keras kepala dan banyak lagi. Begitu pula dengan aku, aku mengetahui
sikap Adra yang dewasa, pengertian, ramah dan sopan. Sikapku dan dia
sangat jauh berbeda.
Sampai pada
suatu saat, akhirnya dia menyatakan perasaannya kepadaku. Bahwa ia
memiliki perasaan yang ternyata sama denganku, ia menyukaiku sejak
pertama aku masuk Smp. Tetapi, ia baru berani menyatakannya saat ia
duduk di kelas 1Sma. Dengan sikapku yang saat itu masih sangat polos,
aku pun menyatakan apa yang aku rasakan juga kepadanya. Dan akhirnya,
kami pun menjalin hubungan. Cinta monyet.
Selama
aku dan dia bersama, banyak sekali kebahagiaan yang aku rasakan. Dia
selalu mengalah saat egoisku menjadi, saat aku selalu ingin menang
sendiri, dan banyak sekali hal yang sangat membuatku makin hari makin
menyayanginya. Ia tak hanya menjadi seorang yang spesial bagiku, ia
bisa menjadi seorang kakak bagiku, seorang ibu, seorang guru dan bnayak
lagi. Ohya, bahkan ia bisa menjelma menjadi bodyguardku.
Aku
merasa sangat nyaman berada di dekatnya, dia sangat mengerti apa yang
aku inginkan. Pernah suatu saat, aku memintanya untuk menemaiku
seharian penuh untuk keliling Bandung, dan menemaniku untuk mencari
tempat-tempat yang menjual jajanan-jajanan pasar jaman dahulu. Tanpa
berfikir panjang, ia langsung meng-iyakan ajakanku. Padahal aku tahu,
saat itu dia sedang sibuk untuk menyelesaikan proyek fotografernya yang
belum tuntas.
Adra
pun menjemputku, ia memarkirkan motornya di teras rumahku dan mengetuk
pintu. Dengan sigap aku pun membuka pintu, dan aku mempersilahkan Adra
untuk duduk. Adra pun memintaku untuk memanggil ibu, untuk meminta
izin. Dengan ke-sopanannya, dia meminta izin pada ibu.
'Bu, Adra mau minta izin, mau ajak Riquin pergi. Katanya Riquin lagi ingin membeli jajanan-jajanan pasar bu. Boleh?'
Aku mendengar percakapan ibu dan Adra di balik tembok ruang tamu, ibu pun mengiyakan permintaan izin Adra.
Aku
dan Adra pun akhirnya pergi keliling Bandung. Sebelum aku dan Adrapergi ia memberikanku helm dan memsangkannya, sambil tersenyum ramah.
Tak
disangka di tengah jalan tiba-tiba hujan mengguyur daerah sekitar
Braga, saat itu aku dan Adri sedang berada di daerah Braga. Adra pun
memarkirkan motornya di dekat CK Braga, aku dan Adra pun duduk sambil
menunggu hujan reda.
Saat aku sedang sibuk memainkan game boy
kesayangnku,Saat aku menoleh ke arah tempat duduk Adra, ia tak ada.
Tiba-tiba ia datang dengan membawa 2buah minuman dan 1bungkus Cha-cha
besar.
"Dor, kaget ya aku ngilang?" tanyanya sambil mengagetkanku
"Engga kok, biasa aja"
"Ini minum dulu nih, aku beli buat kamu" sambil menyodorkan minuman yang ia beli.
Aku
pun menerimanya dan segera meminum minuman itu. Aku melihat Adra
membuka bungkusan Cha-cha yang ia beli, dan menyodorkannya kepadaku.
"Nih, makan. Kamu suka kan?"
Aku hanya mengangguk dan menggambil segenggam penuh C-cha yang Adra beli.
"Jangan banyak-banyak dong, ntar habis"
"Eh, lagian pelit amat sih. Cuman beli satu" Jawabku ketus.
"Bukan pelit Riq"
"Terus apa?" tanyaku.
"Kenapa
aku beli cuman satu bungkus, Cha-cha ini mengibaratkan kisah kita Riq.
Cha-cha ini berbagai macam warna dan banyak kan di dalamnya? tapi cuman
di bungkus sama 1 bungkusankan?"
"Iya, terus kenapa memangnya?" tanyaku heran.
"Ya
jadi gini, buat kedepannya nanti kita bakalan bikin berbagai
kisah-kisah dan cerita-cerita yang gaakan kita lupain, dan hanya
dibungkus sama 1 cinta kita Riq. hahaha" jelas Adra.
"Hahaha, sok puitis banget sih 'Dra bahasanya"
"Gapapa dong, tapi seneng kan? Janji ya bakalan kayak Cha-cha?" tanya Adra.
"Iya 'Dra.. Terus apa lagi?"
"Biar
kita lebih bisa berbagi. Biar kita gak egois Riq. Sama biar kita bisa
saling berbagai semua sedih atau seneng bareng-bareng. Kayak warna
Cha-cha, gak semuanya warnanya terang kan?" jelas Adra lagi.
Aku pun hanya mengangguk dan tersenyum pada Adra. Perkataanya tadi yang sangat membuatku sangat mengangguminya.
Hujan
pun reda, aku pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Tanpa
disangka, Adra pun memakaikan jaketnya padaku. Alasanya karena hari itu
habis hujan, pasti dingin. Jadi ia meminjamkan jaketnya padaku yang
saat itu hanya memakai kaos.
"Loh, terus kamu pake apa?" tanyaku pada Adra.
"Aku kan pake lengan panjang Riq"
Aku
pun hanya mengagguk. Sambil melihat ke arah kiri-kanan jalan, aku
melihat beberapa lukisan yang berjejer rapi yang di gantung di
tembok-tembok. Sampai-sampai aku tak menyadari bahwa Adra sedari tadi
memperhatikanku dari spion motornya.
"Heh, ngeliatin lukisan aja. Pengen ya?" tanyanya.
Aku menggelengkan kepala, dan kembali memfokuskan pandanganku ke arah lukisan-lukian indah yang berda di kiri-kanan jalan.
Setelah
seharian penuh aku dan Adra berjalan-jalan mengelilingi Bandung, aku
pun memutuskan untuk pulang. Raut wajah Adra sangat berbeda dari
sebelumnya, wajahnya terlihat kusam karena debu dan asap kendaraan
lain.
"Thanks for today yah 'Dra. Hati-hati pulangnya." ujarku ambil mengelus pundak Adra.
Adra
tersenyum sambil mencubit pipiku, dan langsung berkata "Selagi aku bisa
temenin kamu bakalan aku temenin kemana pun Riq. Thanks for today juga
yah. Bye"
Adra pun menacap gas motornya dan berlalu. Aku pun masuk dan segera merebahkan tubuhku di kasur.
Setelah
beberapa saat, aku pun menyadari bahwa aku belum mengembalikan jaket
milik Adri. Aku pun berniat untuk mencucinya sebelum aku kembalikan,
aku pun memeriksa kira-kanan saku jaket Adra barang kali ada barang
yang tertinggal. Dan ternyata, ada HPnya.
Niat isengku pun mencuat, akhirnya aku membuka inbox satu persatu. Tak ada sms dari orang lain, selain dariku dan teman proyek fotografernya. Azmil.
'Aku batalin hunting hari ini ya 'Mil, aku mau temenin Riquin pergi. Kita bisa batalin aja proyeknya'
Balasan
sms Adra pada Azmil teman seproyeknya membuatku kebingungan, apalagi
saat membaca sms dari Azmil yang sebelumnya yang mengajak Adra untuk
hunting foto untuk menyelesaikan tahap akhir proyeknya yang sangat
dibutuhkan oleh salah satu majalah ternama. Setahuku Adra sangat
antusias dalam menyelesaikan proyeknya yang satu ini.
Satu
hal yang membuatku terharu adalah, tenyata ia membatalkan proyeknya
yang tinggal setahap lagi, padahal sudah hampir selsai 99%. Dia lebih
memilih untuk memaniku pergi.
Tak
terasa hubunganku dengannya sudah berjalan 2tahun. Dan akhirnya status
Smp ku berubah menjadi Sma. Dan pun sedang sibuk untuk Ujian Nasional.
Aku
tak pernah merasa bosan, bahkan hari demi hari aku merasa lebih nyaman
bersamanya. Aku pun mengenalkan sahabatku Arina, pada Adra. Kami pun
merasa sangat nyaman, dan akhirnya aku, Adra dan Arina menjalin
persahabatan.
Sampai akhirnya, Adra
lulus. Dan berubah menjadi seorang mahasiswa. Aku ikut senang, walaupun
statusnya yang kini sudah berubah menjadi mahasiswa, ia tidak pernah
malu untuk menggandengku di kampusnya padahal aku menggunakan rok Sma.
Dimana ada aku, selalu ada Adra, dan juga Arina. Hari demi hari aku,
Adra dan Arina semakin dekat dan lalui bersama.
3tahun,
Aku dan Adra telah bersama. Banyak sekali yang sudah kita lewati
bersama, apalagi ditambah kehadiran Arina. Selang beberapa minggu
setelah Anniversaryku yang ke-3 dengan Adra, ternyata Adra harus
meneruskan proyek di Bogor. Terpaksa ia harus menetap di Bogor selama
beberapa minggu kedepan. Aku tak keberatan, karena masih ada Arina yang
akan menemaniku.
Setelah 3 hari Adra di Bogor, aku dan dia tak pernah lose contact. Selalu saja dia menyempatkan untuk menelpon atau mengsmsku.
Setelah
beberapa lama, aku merasakan ada yang berbeda. Aku tak lagi melihat
Arina di sekolah, Arina tak pernah menelponku atau menyapaku di
jejaring sosial. Saat aku coba menelponnya pun ternyata, nomornya tidak
aktif.
Setalah 3minggu Adra
berada di Bogor, akhirnya ia menyempatkan ke Bandung untuk menemuiku
setalah aku memaksanya berulang kali. Adra pun menjemputku di sekolah,
tetapi aku merasakan ada perubahan yang sangat derastis. Aku pun
mencoba untuk mencairkan suasana.
"Adra, Arina tiba-tiba menghilang loh. Aku juga jadi jarang lihat dia di sekolah." Ujarku.
"Hmm, mungkin dia sakit kali"
"Tapi, aku udah tanya ke temen sekelasnya, katanya memang udah lama gak sekolah. tanpa keterangan 'Dra"
"Oh" jawab Adra singkat.
Esoknya, Adra memutuskan untuk kembali ke Bogor dan menyelesaikan proyeknya.
"Aku pergi lagi yah Riq, paling 2minggu lagi aku selesai ya"
Adra hanya mengucapkan singkat kata, aku pun mengiyakan. Dan membiarkan Adra untuk kembali ke Bogor.
Hampir
2 bulan aku menunggu Adra untuk kembali ke Bandung. Tetapi Adra selalu
saja menjawab 'nanti'. Hanya itu yang selalu ia ucapkan. Lagi-lagi aku
pun bersabar dan menunggunya untuk menepati janjinya.
Aku
pun tak lagi perduli dengan Arina yang menghilang begitu saja, berbagai
cara telah aku lakukan untuk mencari Arina. Tetapi nihil.
Adra
pernah mengatakan sesuatu padaku, bahwa dia akan menelponku untuk
membangunkanku setiap menjelang pagi. Untuk melihat bagaimana indahnya
langit saat menjelang pagi, tentramnya suasana saat menjelang pagi, dan
hawa sejuk saat menjelang pagi. Kegiatan ini selalu aku dan Adra
lakukan selama 3tahun ini. Tetapi, belakangan ini, Adra tak pernah
menelponku lagi untuk membangunkanku setiap menjelang pagi.
Setiap
menjelang pagi, aku selalu pergi ke loteng untuk mersakan sejuk dan
indahnya suasana menjelang pagi. Dulu, sebelum Adra berubah, aku dan
dia selalu bersamaan menatap langit dirumah masing-masing sambil
bertelpon. Tetapi, sekarang jelas sangat berbeda. Sudah hampir 2 bulan
aku melakukan hal ini sendiri, sudah hampir 2 bulan Adra tak
mengebariku, sudah 2bulan ini pula Adra tak pernah pulang.
Sampai
akhirnya, aku pun membulatkan tekadku untuk menyusul Adra ke Bogor.
Beruntungnya aku, aku dapat menumakn Adra di sebuah taman di Bogir. Dia
dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan, badanya terlihat lebih gendut,
dan wajahnya terlihat lebih bersih.
"Adraaaaa!" seruku.
Wajah Adra terlihat bingung, dia hanya tersenyum canggung.
"Loh, kamu ga kangen aku apa? Kenapa aku hubungi kamu selalu gak bisa? Kamu sibuk banget?Katanya kamu mau pulang."
Aku
menghujani Adra dengan berbagai pertanyaan yang mungkin membuat Adra
marah. Tetapi setahuku, Adra tak pernah marah. Dia tak menjawab
pertanyaanku, dia malah berbalik badan dan berjalan meninggalkanku.
"Adra,
ko malah pergi? bentar lagi kita anniv loh 'Dra! Kita udah lama gak
liat langit mnejelang pagi, aku selalu liat langit menjelang pagi
sekarang sendirian terus sambil nunggu telpon dari kamu 'Dra!" ujarku.
Aku pun mencoba meraih tangan Adra. Tetapi, Adra malah melapaskan secara paksa.
'Maaf
Riq, aku sekarang berubah. Aku bukan Adra yang dulu. Maafin aku, aku
kaya gini. I don't love you anymore. Aku lihat pantulan di mata kamu,
orang lain yang lebih tepat buat aku, dia Arina'
Adra pun berlalu dan meninggalkanku sendirian tanpa menatapku sedikit pun, dan di arah lain, aku melihat Arina yang berjalan menghampiri Adra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar