Senin, 04 Juni 2012

Menjelang Pagi.



5hari yang lalu, setelah kejadian yang sangat membuatku sangat sedih, Adra meninggalkanku. Ia lebih memilih untuk menjauhi dan meninggalkanku, karena suatu hal yang sangat membuatku tak habis pikir. Aku hanya seorang perempuan biasa yang childish, berbeda jauh dengannya. Adra adalah seorang yang sangat dewasa, umurku dengannya berbeda 2tahun. Sebelumnya, hubunganku dengannya berjalan normal, ia bisa memaklumi sikapku yang childish dan masih sangat manja. Tetapi, belakangan ini ia sangat berubah. Aku tahu, setiap hubungan pasti memiliki kendala, apapun itu. Tak selalu mulus jalan yang dilalaui, selalu ada tanjakan atau turunan yang membuat setiap pasangan harus lebih sabar dan mengerti satu sama lain.
Sebelumnya, hubunganku dengan Adra sudah berjalan 3tahun. Dulu, dia adalah kakak kelasku di Smp. Awal mula aku berkenalan denganya adalah saat Smp. Sejak Smp, sifat dewasanya sudah terlihat. 
Dengan penuh keberanian, ia memanggilku dan meminta nomor Hpku. Padahal, saat itu mungkin dia benar-benar tak mengetahui namaku. 
"Hey kamu, boleh minta nomor Hpnya gak?"
Tanpa berfikir panjang, aku langsung memberi nomor Hpku. Sejak awal masuk Smp aku pun sudah menyukainya. Ia sangat terlihat jauh berbeda dengan lelaki lain.
"Oke, terimakasih ya Riq"
Adri hanya berkata terimakasih, lalu dengan cepat meninggalkanku yang saat itu tengah mersakan euforia. Dan, ternyata Adri mengetahui namaku, tak seperti yang aku bayangkan. Ini bukan masalah apa-apa, bukan masalah ia mengetahui namaku atau bukan. Tetapi, secara tidak langsung mungkin ia telah mencari tahu siapa aku, padahal pada hari itu aku menggunakan seragam batik. Mungkin ia menanyakan kepada teman sekelasku atau kakak kelas. Tetapi, aku tak memikirkan itu. 
Euforia yang aku rasakan sangat membuatku salah tingkah, apalagi saat aku bertemu dengan Adri sewaktu pulang sekolah setelah kejadian sebelumnya. 

'Ini Riquin ya?'
Hpku pun berdering, ada sms. Pada saat itu, aku sudah mengetahui jelas kalau yang mengsms-ku saat itu pasti Adra. Aku pun membalas smsnya, dan lama- kelamaan akhirnya kami pun saling sharing.

Seiring berjalannya waktu, aku dan Adra saling mengetahui sifat masing-masing. Adra mengetahui sikapku yang ke kanak-kanakan, sikapku yang manja, keras kepala dan banyak lagi. Begitu pula dengan aku, aku mengetahui sikap Adra yang dewasa, pengertian, ramah dan sopan. Sikapku dan dia sangat jauh berbeda.
Sampai pada suatu saat, akhirnya dia menyatakan perasaannya kepadaku. Bahwa ia memiliki perasaan yang ternyata sama denganku, ia menyukaiku sejak pertama aku masuk Smp. Tetapi, ia baru berani menyatakannya saat ia duduk di kelas 1Sma. Dengan sikapku yang saat itu masih sangat polos, aku pun menyatakan apa yang aku rasakan juga kepadanya. Dan akhirnya, kami pun menjalin hubungan. Cinta monyet.

Selama aku dan dia bersama, banyak sekali kebahagiaan yang aku rasakan. Dia selalu mengalah saat egoisku menjadi, saat aku selalu ingin menang sendiri, dan banyak sekali hal yang sangat membuatku makin hari makin menyayanginya. Ia tak hanya menjadi seorang yang spesial bagiku, ia bisa menjadi seorang kakak bagiku, seorang ibu, seorang guru dan bnayak lagi. Ohya, bahkan ia bisa menjelma menjadi bodyguardku.

Aku merasa sangat nyaman berada di dekatnya, dia sangat mengerti apa yang aku inginkan. Pernah suatu saat, aku memintanya untuk menemaiku seharian penuh untuk keliling Bandung, dan menemaniku untuk mencari tempat-tempat yang menjual jajanan-jajanan pasar jaman dahulu. Tanpa berfikir panjang, ia langsung meng-iyakan ajakanku. Padahal aku tahu, saat itu dia sedang sibuk untuk menyelesaikan proyek fotografernya yang belum tuntas.

Adra pun menjemputku, ia memarkirkan motornya di teras rumahku dan mengetuk pintu. Dengan sigap aku pun membuka pintu, dan aku mempersilahkan Adra untuk duduk. Adra pun memintaku untuk memanggil ibu, untuk meminta izin. Dengan ke-sopanannya, dia meminta izin pada ibu. 
'Bu, Adra mau minta izin, mau ajak Riquin pergi. Katanya Riquin lagi ingin membeli jajanan-jajanan pasar bu. Boleh?'
Aku mendengar percakapan ibu dan Adra di balik tembok ruang tamu, ibu pun mengiyakan permintaan izin Adra.
Aku dan Adra pun akhirnya pergi keliling Bandung. Sebelum aku dan Adrapergi ia memberikanku helm dan memsangkannya, sambil tersenyum ramah. 
Tak disangka di tengah jalan tiba-tiba hujan mengguyur daerah sekitar Braga, saat itu aku dan Adri sedang berada di daerah Braga. Adra pun memarkirkan motornya di dekat CK Braga, aku dan Adra pun duduk sambil menunggu hujan reda. 
Saat aku sedang sibuk memainkan game boy kesayangnku,Saat aku menoleh ke arah tempat duduk Adra, ia tak ada. Tiba-tiba ia datang dengan membawa 2buah minuman dan 1bungkus Cha-cha besar. 
"Dor, kaget ya aku ngilang?" tanyanya sambil mengagetkanku
"Engga kok, biasa aja" 
"Ini minum dulu nih, aku beli buat kamu" sambil menyodorkan minuman yang ia beli.
Aku pun menerimanya dan segera meminum minuman itu. Aku melihat Adra membuka bungkusan Cha-cha yang ia beli, dan menyodorkannya kepadaku.
"Nih, makan. Kamu suka kan?"
Aku hanya mengangguk dan menggambil segenggam penuh C-cha yang Adra beli. 
"Jangan banyak-banyak dong, ntar habis"
"Eh, lagian pelit amat sih. Cuman beli satu" Jawabku ketus. 
"Bukan pelit Riq"
"Terus apa?" tanyaku.
"Kenapa aku beli cuman satu bungkus, Cha-cha ini mengibaratkan kisah kita Riq. Cha-cha ini berbagai macam warna dan banyak kan di dalamnya? tapi cuman di bungkus sama 1 bungkusankan?" 
"Iya, terus kenapa memangnya?" tanyaku heran.
"Ya jadi gini, buat kedepannya nanti kita bakalan bikin berbagai kisah-kisah dan cerita-cerita yang gaakan kita lupain, dan hanya dibungkus sama 1 cinta kita Riq. hahaha" jelas Adra.
"Hahaha, sok puitis banget sih 'Dra bahasanya"
"Gapapa dong, tapi seneng kan? Janji ya bakalan kayak Cha-cha?" tanya Adra.
"Iya 'Dra.. Terus apa lagi?"
"Biar kita lebih bisa berbagi. Biar kita gak egois Riq. Sama biar kita bisa saling berbagai semua sedih atau seneng bareng-bareng. Kayak warna Cha-cha, gak semuanya warnanya terang kan?" jelas Adra lagi.
Aku pun hanya mengangguk dan tersenyum pada Adra. Perkataanya tadi yang sangat membuatku sangat mengangguminya. 
Hujan pun reda, aku pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Tanpa disangka, Adra pun memakaikan jaketnya padaku. Alasanya karena hari itu habis hujan, pasti dingin. Jadi ia meminjamkan jaketnya padaku yang saat itu hanya memakai kaos.
"Loh, terus kamu pake apa?" tanyaku pada Adra.
"Aku kan pake lengan panjang Riq"
Aku pun hanya mengagguk. Sambil melihat ke arah kiri-kanan jalan, aku melihat beberapa lukisan yang berjejer rapi yang di gantung di tembok-tembok. Sampai-sampai aku tak menyadari bahwa Adra sedari tadi memperhatikanku dari spion motornya.
"Heh, ngeliatin lukisan aja. Pengen ya?" tanyanya.
Aku menggelengkan kepala, dan kembali memfokuskan pandanganku ke arah lukisan-lukian indah yang berda di kiri-kanan jalan. 

Setelah seharian penuh aku dan Adra berjalan-jalan mengelilingi Bandung, aku pun memutuskan untuk pulang. Raut wajah Adra sangat berbeda dari sebelumnya, wajahnya terlihat kusam karena debu dan asap kendaraan lain. 
"Thanks for today yah 'Dra. Hati-hati pulangnya." ujarku ambil mengelus pundak Adra.
Adra tersenyum sambil mencubit pipiku, dan langsung berkata "Selagi aku bisa temenin kamu bakalan aku temenin kemana pun Riq. Thanks for today juga yah. Bye"
Adra pun menacap gas motornya dan berlalu. Aku pun masuk dan segera merebahkan tubuhku di kasur. 
Setelah beberapa saat, aku pun menyadari bahwa aku belum mengembalikan jaket milik Adri. Aku pun berniat untuk mencucinya sebelum aku kembalikan, aku pun memeriksa kira-kanan saku jaket Adra barang kali ada barang yang tertinggal. Dan ternyata, ada HPnya. 
Niat isengku pun mencuat, akhirnya aku membuka inbox satu persatu. Tak ada sms dari orang lain, selain dariku dan teman proyek fotografernya. Azmil.

'Aku batalin hunting hari ini ya 'Mil, aku mau temenin Riquin pergi. Kita bisa batalin aja proyeknya'
Balasan sms Adra pada Azmil teman seproyeknya membuatku kebingungan, apalagi saat membaca sms dari Azmil yang sebelumnya yang mengajak Adra untuk hunting foto untuk menyelesaikan tahap akhir proyeknya yang sangat dibutuhkan oleh salah satu majalah ternama. Setahuku Adra sangat antusias dalam menyelesaikan proyeknya yang satu ini.

Satu hal yang membuatku terharu adalah, tenyata ia membatalkan proyeknya yang tinggal setahap lagi, padahal sudah hampir selsai 99%. Dia lebih memilih untuk memaniku pergi. 

Tak terasa hubunganku dengannya sudah berjalan 2tahun. Dan akhirnya status Smp ku berubah menjadi Sma. Dan pun sedang sibuk untuk Ujian Nasional. 

Aku tak pernah merasa bosan, bahkan hari demi hari aku merasa lebih nyaman bersamanya. Aku pun mengenalkan sahabatku Arina, pada Adra. Kami pun merasa sangat nyaman, dan akhirnya aku, Adra dan Arina menjalin persahabatan. 
Sampai akhirnya, Adra lulus. Dan berubah menjadi seorang mahasiswa. Aku ikut senang, walaupun statusnya yang kini sudah berubah menjadi mahasiswa, ia tidak pernah malu untuk menggandengku di kampusnya padahal aku menggunakan rok Sma. Dimana ada aku, selalu ada Adra, dan juga Arina. Hari demi hari aku, Adra dan Arina semakin dekat dan lalui bersama.

3tahun, Aku dan Adra telah bersama. Banyak sekali yang sudah kita lewati bersama, apalagi ditambah kehadiran Arina. Selang beberapa minggu setelah Anniversaryku yang ke-3 dengan Adra, ternyata Adra harus meneruskan proyek di Bogor. Terpaksa ia harus menetap di Bogor selama beberapa minggu kedepan. Aku tak keberatan, karena masih ada Arina yang akan menemaniku.
Setelah 3 hari Adra di Bogor, aku dan dia tak pernah lose contact. Selalu saja dia menyempatkan untuk menelpon atau mengsmsku. 

Setelah beberapa lama, aku merasakan ada yang berbeda. Aku tak lagi melihat Arina di sekolah, Arina tak pernah menelponku atau menyapaku di jejaring sosial. Saat aku coba menelponnya pun ternyata, nomornya tidak aktif. 
Setalah 3minggu Adra berada di Bogor, akhirnya ia menyempatkan ke Bandung untuk menemuiku setalah aku memaksanya berulang kali. Adra pun menjemputku di sekolah, tetapi aku merasakan ada perubahan yang sangat derastis. Aku pun mencoba untuk mencairkan suasana. 
"Adra, Arina tiba-tiba menghilang loh. Aku juga jadi jarang lihat dia di sekolah." Ujarku.
"Hmm, mungkin dia sakit kali"
"Tapi, aku udah tanya ke temen sekelasnya, katanya memang udah lama gak sekolah. tanpa keterangan 'Dra"
"Oh" jawab Adra singkat. 

Esoknya, Adra memutuskan untuk kembali ke Bogor dan menyelesaikan proyeknya. 
"Aku pergi lagi yah Riq, paling 2minggu lagi aku selesai ya"
Adra hanya mengucapkan singkat kata, aku pun mengiyakan. Dan membiarkan Adra untuk kembali ke Bogor. 
Hampir 2 bulan aku menunggu Adra untuk kembali ke Bandung. Tetapi Adra selalu saja menjawab 'nanti'. Hanya itu yang selalu ia ucapkan.  Lagi-lagi aku pun bersabar dan menunggunya untuk menepati janjinya. 
Aku pun tak lagi perduli dengan Arina yang menghilang begitu saja, berbagai cara telah aku lakukan untuk mencari Arina. Tetapi nihil.
Adra pernah mengatakan sesuatu padaku, bahwa dia akan menelponku untuk membangunkanku setiap menjelang pagi. Untuk melihat bagaimana indahnya langit saat menjelang pagi, tentramnya suasana saat menjelang pagi, dan hawa sejuk saat menjelang pagi. Kegiatan ini selalu aku dan Adra lakukan selama 3tahun ini. Tetapi, belakangan ini, Adra tak pernah menelponku lagi untuk membangunkanku setiap menjelang pagi. 

Setiap menjelang pagi, aku selalu pergi ke loteng untuk mersakan sejuk dan indahnya suasana menjelang pagi. Dulu, sebelum Adra berubah, aku dan dia selalu bersamaan menatap langit dirumah masing-masing sambil bertelpon. Tetapi, sekarang jelas sangat berbeda. Sudah hampir 2 bulan aku melakukan hal ini sendiri, sudah hampir 2 bulan Adra tak mengebariku, sudah 2bulan ini pula Adra tak pernah pulang. 

Sampai akhirnya, aku pun membulatkan tekadku untuk menyusul Adra ke Bogor. Beruntungnya aku, aku dapat menumakn Adra di sebuah taman di Bogir. Dia dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan, badanya terlihat lebih gendut, dan wajahnya terlihat lebih bersih. 
"Adraaaaa!" seruku.
Wajah Adra terlihat bingung, dia hanya tersenyum canggung.
"Loh, kamu ga kangen aku apa? Kenapa aku hubungi kamu selalu gak bisa? Kamu sibuk banget?Katanya kamu mau pulang."
Aku menghujani Adra dengan berbagai pertanyaan yang mungkin membuat Adra marah. Tetapi setahuku, Adra tak pernah marah. Dia tak menjawab pertanyaanku, dia malah berbalik badan dan berjalan meninggalkanku. 
"Adra, ko malah pergi? bentar lagi kita anniv loh 'Dra! Kita udah lama gak liat langit mnejelang pagi, aku selalu liat langit menjelang pagi sekarang sendirian terus sambil nunggu telpon dari kamu 'Dra!" ujarku.
Aku pun mencoba meraih tangan Adra. Tetapi, Adra malah melapaskan secara paksa. 

'Maaf Riq, aku sekarang berubah. Aku bukan Adra yang dulu. Maafin aku, aku kaya gini. I don't love you anymore. Aku lihat pantulan di mata kamu, orang lain yang lebih tepat buat aku, dia Arina'

Adra pun berlalu dan meninggalkanku sendirian tanpa menatapku sedikit pun, dan di arah lain, aku melihat Arina yang berjalan menghampiri Adra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar